Prinsip-Prinsip Latihan dalam Olahraga
Prinsip-Prinsip Latihan
(Principles of Training)
Bompa
(1990) mengemukakan secara panjang lebar tentang prinsip latihan yang meliputi;
prinsip partisipasi aktif, prinsip pengembangan menyeluruh (multilateral development), prinsip
spesialisasi (spesialization),
prinsip perorangan (individualization),
prinsip variasi latihan (variety),
prinsip model latihan, dan prinsip peningkatan beban lebih (overload). Pendapat lain dari Pyke
(2013:111) ”sejumlah prinsip latihan mengalami perubahan selama bertahun-tahun
didasarkan pada penelitian ilmiah dan pengalaman pelatih yang terdiri dari
prinsip overload, recovery, specificity,
reversibility, dan individuality yang
menyediakan kerangka kerja untuk merencanakan sebuah program latihan.” Prinsip-prinsip
tersebut merupakan konsep yang tidak dapat dipandang sebagai unit yang terpisah
dalam proses pelatihan. Prinsip ini harus diketahui dan dimengerti oleh pelatih
maupun atlet. Dengan pengetahuan tentang prinsip latihan tersebut, atlet akan
dapat lebih cepat meningkatkan prestasinya.
Prinsip
Beban Bertambah (Overload)
Konsep latihan dengan beban berlebih
berkaitan dengan intesitas latihan. Beban latihan pada suatu waktu harus
merupakan beban lebih dari sebelumnya. Sebagai cara mudah untuk mengukur
intensitas latihan adalah menghitung denyut jantung saat latihan. Pada latihan
kekuatan (strength), latihan dengan
beban lebih adalah memberikan tambahan beban lebih berat atau memberikan
tambahan ulangan lebih banyak saat mengangkat beban.
Prinsip
Perkembangan Multilateral (Multilateral
Development)
Kebutuhan perkembangan
multilateral muncul untuk diterima sebagai kebutuhan dalam banyak kegiatan
pendidikan dan usaha manusia. Dengan mengesampingkan tentang bagaimana
pengajaran khusus dapat terjadi, kegiatan awal harus memperhatikan perkembangan
multilateral dalam upaya untuk memperoleh dasar-dasar yang diperlukan. Sejumlah
perubahan yang terjadi melalui latihan selalu saling berkaitan.
Secara
garis besar pembinaan usia dini tersebut dapat dilakukan pada usia 6-14 tahun,
yang diharapkan pada usia 18-24 tahun akan dicapai usia emas. Dengan demikian
siswa usia akhir SD dan SMP dapat dikaterogikan sebagai anak usia dini
(Raharjo, 2014:168). Pemanduan bakat tepat diaksanakan sejak anak usia dini
dimana pada tahap tersebut latihan dimulai pada tahap multilateral.
Usia pengembangan multilateral merupakan usia
pertumbuhan dimana terjadi pengembangan berbagai potensi untuk menuju pada
pembinaan di masa yang akan datang
(Lumintuarso, 2013:165). Pada usia multilateral anak sebaiknya diperkenalkan
pada aktifitas olah gerak secara menyeluruh untuk membangun komponen fisiknya
secara keseluruhan sehingga anak akan siap untuk selanjutnya masuk ke tahap
latihan spesialisasi. Usia yang tepat untuk memasuki tahap latihan spesialisasi
menjadi sangat penting untuk diketahui dan diterapkan dalam latihan. Secara
umum, perbandingan usia untuk memasuki tahap multilateral dan menuju tahap
spesialisasi dapat dilihat pada gambar1.
Gambar 1. Perbandingan
antara Perkembangan Multilateral dan Spesialisasi Latihan untuk Usia yang
Berbeda (Sumber: Bompa & Carrera, 2015:8)
Adapun pedoman usia
dalam memasuki tahap prekembangan multilateral dan spesialisasi yang diharapkan
dapat mencapai patokan penampilan puncak dalam cabang olahraga tertentu dapat
dilihat pada tabel 1. sebagai berikut.
|
Cabang Olahraga
|
Usia Memulai
Latihan
|
Usia
Memasuki Tahap Spesialisasi
|
Usia untuk Meraih Penampilan Tinggi
|
|
Panahan
|
12-14
|
16-18
|
23-30
|
|
Atletik
|
|
|
|
|
Lari Cepat
|
10-12
|
14-16
|
22-26
|
|
Lari Jarak Menengah
|
13-14
|
16-17
|
22-26
|
|
Lari Jarak Jauh
|
14-16
|
17-19
|
25-28
|
|
Lompat
|
12-14
|
16-18
|
22-25
|
|
Lompat Jangkit
|
12-14
|
17-19
|
23-26
|
|
Lompat Jauh
|
12-14
|
17-19
|
23-26
|
|
Lempar
|
14-15
|
17-19
|
23-27
|
|
Bulutangkis
|
10-12
|
14-16
|
20-25
|
|
Baseball
|
10-12
|
15-16
|
22-28
|
|
Bolabasket
|
10-12
|
14-16
|
22-28
|
|
Biathlon
|
10-13
|
16-17
|
23-26
|
|
Bobsled
|
12-14
|
17-18
|
22-26
|
|
Tinju
|
13-15
|
16-17
|
22-26
|
|
Kano
|
12-14
|
15-17
|
22-26
|
|
Continental
Handball
|
10-12
|
14-16
|
22-26
|
|
Sepeda
|
12-15
|
16-18
|
22-28
|
|
Selam
|
|
|
|
|
Perempuan
|
6-8
|
9-11
|
14-18
|
|
Laki-laki
|
8-10
|
11-13
|
18-22
|
|
Cabang Olahraga
|
Usia Memulai
Latihan
|
Usia
Memasuki Tahap Spesialisasi
|
Usia untuk Meraih Penampilan Tinggi
|
|
Equestrian
|
10-12
|
14-16
|
22-28
|
|
Anggar
|
10-12
|
14-16
|
20-25
|
|
Hoki Lapangan
|
11-13
|
14-16
|
20-25
|
|
Figure
skating
|
7-9
|
11-13
|
18-25
|
|
Football
|
12-14
|
16-18
|
23-27
|
|
Senam
|
|
|
|
|
Perempuan
|
6-8
|
9-10
|
14-18
|
|
Laki-laki
|
8-9
|
14-15
|
22-25
|
|
Hoki Es
|
6-8
|
13-14
|
22-28
|
|
Judo
|
8-10
|
15-16
|
22-26
|
|
Pentathlon
|
11-13
|
14-16
|
21-25
|
|
Dayung
|
11-14
|
16-18
|
22-25
|
|
Rugby
|
13-14
|
16-17
|
22-26
|
|
Berlayar
|
10-12
|
14-16
|
22-30
|
|
Menembak
|
12-15
|
17-18
|
24-30
|
|
Ski
|
|
|
|
|
Alpine
|
7-8
|
12-14
|
18-25
|
|
Nordic (under 30K)
|
12-14
|
16-18
|
23-28
|
|
Nordic (over 30K)
|
10-12
|
17-19
|
24-28
|
|
Melompat
|
-
|
14-15
|
22-26
|
|
Sepakbola
|
10-12
|
14-16
|
22-26
|
|
Speed
Skating
|
10-12
|
15-16
|
22-26
|
|
Bola Tangan
|
10-12
|
15-17
|
23-27
|
|
Renang
|
|
|
|
|
Perempuan
|
7-9
|
11-13
|
18-22
|
|
Laki-laki
|
7-8
|
13-15
|
20-24
|
|
Renang Indah
|
6-8
|
12-14
|
19-23
|
|
Tenis Meja
|
8-9
|
13-14
|
22-25
|
|
Tenis
|
|
|
|
|
Perempuan
|
7-8
|
11-13
|
17-25
|
|
Laki-laki
|
7-8
|
12-14
|
22-27
|
|
Bolavoli
|
10-12
|
15-16
|
22-26
|
|
Polo Air
|
10-12
|
16-17
|
23-26
|
(Sumber:
Bompa & Carrera, 2015:9-10)
Sekali anak memasuki
tahap spesialisasi maka anak harus siap menghadapai latihan yang spesifik untuk
meningkatkan kemampuan fisik, fisiologis dan mentalnya. Peran pelatih
berpengalaman sangat penting dalam proses pentahapan latihan. Pelatih harus
benar-benar mempertimbangkan kemampuan/bakat anak untuk secara berkelanjutan
dibina dalam cabang olahraga tertentu. Jika anak terlalu dini memasuki tahap
spesialisasi maka akan berdampak buruk pada prestasi anak itu sendiri
dibandingkan dengan anak yang melalui tahap latihan multilateral terlebih
dahulu seperti yang tertera pada tabel 2.
|
Early Specialization
|
Multilateral Program
|
|
·
Kemajuan penampilan cepat
|
·
Kemajuan penampilan lambat
|
|
·
Pencapaian Penampilan terbaik
terjadi pada usia 15-16 tahun karena adaptasi yang cepat
|
·
Penampilan terbaik terjadi pada
usia 18 lebih (usia kematangan fisiologi dan psikologi)
|
|
·
Ketidak-tetapan penampilan
dalam kompetisi
|
·
Ketetapan penampilan dalam
kompetisi
|
|
·
Banyak atlet yang kelelahan dan
keluar dari olahraga saat berusia 18 tahun
|
·
Kehidupan sebagai atlet lebih
lama
|
|
·
Mudah cedera karena adaptasi
yang dipaksakan
|
·
Jarang Cedera
|
(Sumber:
Bompa & Carrera, 2015:7)
Sebelum memasuki tahap
spesialisasi latihan, perlu adanya proses pengenalan bakat anak dimana potensi
yang dimiliki anak diprediksi kemudian disesuaikan dengan karakteristik cabang
olahraga yang akan ditekuni. Untuk itu perlu adanya langkah strategis dalam
pemanduan bakat sebagai upaya untuk mengarahkan anak dalam menekuni cabang
olahraga sesuai dengan potensinya yaitu melalui tahap pengidentifikasian bakat.
Prinsip Spesialisasi (Specialization)
Yang dimaksud
dengan prinsip spesialisasi atau kekhususan latihan adalah latihan harus
dikhususkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap cabang olahraga dan tujuan
latihan. Dalam kekhususan latihan harus memperhatikan cara melakukan atau
gerakan olahraga, alat dan lapangan yang digunakan, serta sistem energi yang digunakan.
Prinsip
Perorangan (Individualitation)
Individualisasi
dalam latihan adalah satu kebutuhan yang penting dalam masa latihan dan itu
bermanfaat pada kebutuhan bagi setiap atlet, dengan mengabaikan tingkat
prestasi diperlakukan secara individual sesuai kemampuan dan potensinya,
karakteristik belajar dan kekhususan cabang olahraga.
Prinsip
Variasi (Variety)
Dalam upaya
mengatasi kebosanan dan latihan yang monoton, diharapkan seorang pelatih
kreatif dengan memiliki banyak pengetahuan dan berbagai jenis latihan yang
memungkinkan dapat bervariasi dan berganti-ganti secara periodik. Keterampilan
dan latihan dapat diperkaya dengan mengadopsi pola gerakan teknik yang sama
atau dapat mengembangkan kemampuan gerak
yang diperlukan dengan olahraga. Menurut Sukadiyanto
(2011:20) program latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk
menghindari kejenuhan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara
psikologis. Sedangkan Budiwanto (2012:22) menyatakan
bahwa “dalam upaya mengatasi kebosanan dan latihan yang monoton, diharapkan
seorang pelatih kreatif dengan memiliki banyak pengetahuan dan berbagai jenis
latihan yang memungkinkan dapat bervariasi dan berganti-ganti secara periodik”.
Dapat disimpulkan bahwa seorang pelatih harus dapat
menyiapkan latihan yang bervariasi, agar tetap meningkatkan ketertarikan
olahragawan terhadap latihan. Kemampuan ini penting agar motivasi dan
rangsangan minat berlatih tetap tinggi. Variasi latihan dapat berupa sebuah
latihan yang dikemas dalam bentuk permainan, bisa juga berupa latihan yang
dilakukan di tempat atau lingkungan yang berbeda tetapi tujuan utama latihan
tentu tidak boleh dirubah.
Prinsip
Beban Meningkat Bertahap (Progressive
Increase of Load)
Prinsip beban
meningkat bertahap menekankan bahwa atlet harus menambah waktu latihan secara
progresif dalam keseluruhan program latihan. Prinsip latihan
ini dilaksanakan setelah proses latihan berjalan menjelang pertandingan.
Prinsip
Pulih Asal (Recovery)
Pada waktu menyusun
program latihan yang menyeluruh harus mencantumkan waktu pemulihan yang cukup.
Apabila tidak memperhatikan waktu pemulihan ini, maka atlet akan mengalami
kelelahan yang luar biasa dan berakibat pada menurunnya penampilan dan bahkan
bisa terjadi cedera.
Prinsip
Reversibilitas (Reversibility)
Latihan harus berkesinambungan untuk
memelihara kondisi. Pelatih harus bisa mengatur jadwal latihan agar kemampuan
atlet tidak menurun yang disebabkan waktu istirahat terlalu lama.
Aktif
Partisipasi dalam Latihan
Kesungguhan
dan aktif ikut serta dalam latihan akan dimaksimalkan jika pelatih secara
periodik mendiskusikan kemajuan atletnya. Partisipasi aktif tidak terbatas
hanya pada waktu latihan. Seorang atlet akan melakukan kegiatannya meskipun
tidak di bawah pengawasan dan perhatian pelatih.
Latihan
Menggunakan Model
Dalam menciptakan suatu model, mengatur
hipotesis adalah sangat penting untuk perubahan dan menghasilkan analisis. Suatu
model yang diperlukan adalah tunggal, tanpa mengurangi variabel-variabel
penting lainnya, mempunyai kemiripan dan sesuai dengan kejadian sebelumnya.
Comments
Post a Comment